“Saya belum dapat membeli polis asuransi atau menabung, kebutuhan saya lagi banyak.”
Ya, ketika seseorang ditawari polis asuransi atau rekening tabungan, kalimat yang demikian kerap dibuat alasan untuk menolak tawaran tersebut. Walaupun adakalanya apa yang disebut sebagai kebutuhan sebenarnya hanyalah beragam kemauan, yang tidak akan memunculkan pengaruh yang mendasar dalam hidup ini, apabila kemauan tersebut tidak terpenuhi.
Terdapat 2 tipe orang yang terkait dengan pola menabung. Pertama yaitu mereka yang segera memotong penghasilannya untuk ditabung. Bila ada sisa uang pada akhir bulan, mereka malah menambah tabungannya. Kedua yaitu bila ada sisa penghasilan yang sudah dibelanjakan, baru mereka menabung.
Orang tipe pertama umumnya memiliki kebiasaan dan kedisiplinan dalam menabung. Kebiasaan dan kedisiplinan dalam menabung ini timbul karena mereka memiliki target berapa jumlah uang yang sepatutnya ditabung tiap bulannya. Sementara orang tipe kedua beranggapan menabung bukanlah suatu kewajiban. Orang tipe kedua ini bahkan tidak memiliki target apapun. Dalam menyiapkan masa depannya, orang tipe kedua ini tidak memiliki kebiasaan dan kedisiplinan. Dibandingkan orang tipe kedua, orang tipe pertama ini lebih dapat dipastikan akan memiliki masa depan finansial yang lebih bagus lagi.
Semenjak masa kanak-kanak, kebiasaan menabung harus mulai ditanamkan. Menabung bukan cuma ditentukan oleh besarnya penghasilan, namun lebih dari itu yaitu persoalan komitmen dan konsistensi. Berapapun besar penghasilannya seseorang, bila tidak memiliki kesadaran menabung, tetap tidak akan mempunyai tabungan yang cukup. Peningkatan gaya hidup beriringan dengan peningkatan penghasilan, yang malahan lebih tinggi dari peningkatan penghasilannya. Sebaliknya, masa depan keuangan akan lebih bagus, bila seseorang memiliki motivasi dan komitmen yang tinggi dalam menabung walaupun berpenghasilan tidak besar.
Berdasarkan para ahli, sisihkan minimal 10% dari penghasilan untuk ditabung. Sekali lagi, bukan besarnya jumlah uang yang ditabung, namun komitmen dan konsisten dalam menabung.
Kerugian yang besar dan berakumulasi dari waktu ke waktu akan muncul bila menunda menabung. Misalkan terdapat buah hati baru lahir di dua keluarga. Mari kita lihat perbandingannya antara orang tua yang segera membuka rekening tabungan dengan orang tua yang menunda menabung untuk biaya kuliah sang buah hatinya nanti.
Keterangan | Segera menabung | Menunda menabung |
---|---|---|
Tabungan per bulan | Rp500.000,- | Rp500.000,- |
Suku bunga per tahun | 10% | 10% |
Usia mulai menabung | 0 tahun | 8 tahun |
Periode menabung | (sampai usia anak 18 tahun) |
18 tahun | 10 tahun |
Jumlah tabungan | Rp300.954.542,- | Rp105.187.002,- |
Tabel di atas memperlihatkan, seseorang akan memiliki risiko menanggung kerugian bila menunda menabung. Seseorang mesti menabung sebesar Rp17.166.819,- tiap tahun atau Rp1.430.568,- tiap bulannya dengan periode menabung lebih pendek (10 tahun), untuk dapat menerima jumlah tabungan yang sama (Rp300.954.542,-). Wow… Selisihnya sangat besar, kan?
Gambaran di atas memperlihatkan, bahwa sang buah hati akan memiliki masa depan keuangan yang lebih bagus, apabila orang tua memiliki kesadaran akan manfaat dari menabung, berapapun kesanggupannya. Di sisi lain, keluarga tidak akan memiliki tabungan yang bisa menyangga kehidupan ekonomi mereka di masa depan kelak, bila orang tua merasa kebutuhan hidup keluarganya akan terpenuhi dengan menghabiskan semua penghasilannya.
Dalam hal asuransi, kondisi keluarga akan sangat berisiko bila keluarga tidak sanggup menyisihkan beberapa penghasilannya untuk membayar premi asuransi jiwa. Membayar premi asuransi akan dilihat sebagai sesuatu yang percuma, dikala sang pencari nafkah atau anggota keluarga dalam keadaan sehat. Namun, imbasnya akan amat serius untuk keluarga apabila terjadi suatu risiko dengan anggota keluarga yang merupakan tulang punggung keluarga (pencari nafkah). Hal yang demikian akan memunculkan rantai kemiskinan bak “lingkaran setan”.
Baik untuk kalangan yang berpenghasilan tinggi atau yang cuma berpenghasilan minimum, asuransi sangat dibutuhkan. Dengan menyesuaikan kesanggupan secara finansial, terdapat banyak ragam asuransi yang dapat dipilih. Untuk menjamin kelangsungan kehidupan keluarga, apalagi ketika terjadi risiko terhadap pencari nafkah keluarga, maka dari itu asuransi jiwa sangat dibutuhkan.
Singkatnya adalah pasti ada yang dapat ditabung walaupun penghasilan yang didapatkan tidak besar. Persoalan komitmen dan kedisiplinan menjadi hal mendasar dalam menabung. Manfaat menabung akan makin besar bila makin dini kebiasaan menabung itu dilaksanakan.
Sebenarnya tiap-tiap keluarga juga membutuhkan asuransi. Asuransi jiwa harus lebih diprioritaskan bagi pencari nafkah utama atau tulang punggung dalam suatu keluarga, yaitu dengan menentukan kesanggupan secara finansial.
Jadi antara kebutuhan masa sekarang dan masa depan, kita dapat lebih bijak lagi dalam menentukan target finansial. Karena kebutuhan masa sekarang dan masa depan sama-sama penting. Yang terpenting adalah memiliki komitmen dan kedisiplinan dalam menabung atau membayar premi asuransi. Manfaatnya tentunya akan dirasakan keluarga tercinta, khususnya masa depan anak-anak yang tersayang. Yang jadi pertanyaan, “Apa yang sudah Anda lakukan untuk masa depan keluarga dan anak-anak Anda bila tanpa asuransi, dengan mempertimbangkan segala risiko yang ada?”.