Sudah Cukupkah Asuransi Anda?

Asuransi Anda cukup atau tidak, jangan dipandang dari jumlah polis yang dipunyai atau besar premi asuransi yang dibayarkan per bulannya. Besarnya proyeksi nilai tunai dan uang pertanggungan yang diinginkan seharusnya menjadi dasar penilaian cukup atau tidaknya asuransi Anda.

asuransi-jiwa-pendidikan-kesehatan-pensiun-warisan-proteksi-untuk-keluarga-sejahtera

Tujuan seseorang dalam memiliki polis asuransi yaitu:

1. Mempersiapkan dana pendidikan anak.
2. Mempersiapkan dana kesehatan.
3. Mempersiapkan dana pensiun.
4. Mempersiapkan dana warisan.

Jika mempersiapkan dana kesehatan yang cukup menjadi tujuannya, maka proyeksi biaya kesehatan hingga jangka waktu beberapa tahun ke depan harus Anda ketahui. Makin aman apabila makin panjang jangka waktu proyeksinya. Biaya kesehatan selalu naik dari tahun ke tahun, maka dari itu jangan mempunyai dana kesehatan yang sama dengan biaya kesehatan sekarang. Memang seakan-akan terjadi pemborosan ketika biaya cover asuransi lebih tinggi dari biaya sebenarnya. Melainkan langkah ini dinilai lebih aman di masa depan. Sering kali seseorang yang sebenarnya sanggup membayar premi namun tak bisa meningkatkan cover asuransinya. Hal ini disebabkan alasan kesehatan orang tersebut yang tak memungkinkan lagi untuk diasuransikan.

Jika mempersiapkan dana pendidikan anak dan dana pensiun menjadi tujuannya,
menghitung proyeksi keperluan dana pendidikan anak dan dana pensiun merupakan langkah permulaan yang perlu dilakukan, tentu dengan menghitung pula laju inflasi. Selanjutnya, berapa lama waktu persiapan dana yang diharapkan, silakan tentukan. Tabungan per bulan akan makin ringan bila makin panjang waktunya. Lalu asumsikan berapa tingkat pertumbuhan dana yang dikehendaki. Maka akan diketahui besar tabungan per bulan, setelah ditetapkannya seluruh variabel tersebut. Kita dapat menginvestasikan uang tersebut dalam bermacam jenis investasi.

Bilamana pencari nafkah keluarga mendapat risiko seperti sakit kritis, cacat tetap total atau meninggal dunia, ia akan mendapat proteksi terhadap beban tabungan per tahunnya. Itulah yang menjadi keuntungannya. Dengan proteksi tersebut akan makin membantu tujuan tercapai. Namun terdapat premi asuransi yang mesti dibayar pastinya. Besaran tabungan mesti ditambah dengan premi asuransi dan biaya lain yang berkaitan dengan penerbitan polis asuransi jiwa tentunya untuk mempersiapkan dana pendidikan anak atau dana pensiun jika kita menggunakan asuransi.

Sekarang ini, makin banyak orang yang berani dalam menghadapi kenyataan hidup ini. Tiap-tiap orang pasti akan meninggal dunia. Yang menjadi pertanyaan, “Setelah meninggalnya pencari nafkah keluarga, bagaimana kehidupan ekonomi keluarga yang ditinggalkan?”.

Tujuan lain memiliki asuransi adalah mempersiapkan dana warisan. Tujuannya yaitu untuk memastikan bisa dipertahankannya standar hidup dan gaya hidup keluarga secara konsisten, walaupun pencari nafkah telah tiada. Dengan adanya uang pertanggungan yang dibayarkan kepada ahli waris ketika pencari nafkah keluarga telah meninggal, harapan orang tua tetap dapat terwujud.

Berapakah uang pertanggungan yang sesuai? Terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan.

Pertama, menghitung biaya hidup keluarga per tahun. Misalkan biaya hidup keluarga per tahun adalah Rp 60 juta (biaya hidup Rp 5 juta per bulan). Asumsi yang digunakan, umur buah hati terkecil saat ini 5 tahun dan umur kemandirian finansialnya yaitu 25 tahun. Jadi, lama jangka waktu ketergantungan finansial buah hati terkecil adalah 20 tahun. Setelah dihitung, seluruh kebutuhan dananya yaitu Rp 1,2 miliar (Rp 60 juta x 20 tahun). Metode ini mengabaikan aspek laju inflasi tahunan.

Biaya hidup dari tahun ke tahun yang akan datang semakin tinggi akibat laju inflasi. Apabila laju inflasi diperhitungkan, ini akan lebih aman dan realistis lagi. Misalkan laju inflasi tahunan adalah 8%. Sesudah memperhitungkan laju inflasi tahunan, maka keperluan biaya hidup keluarga yaitu Rp 2,741,2 miliar (Future Value dengan faktor biaya hidup Rp 60 juta, laju inflasi 8% & jangka waktu 20 tahun). Metode ini kurang akurat namun lebih realistis. Jika dana klaim asuransi sudah dibayarkan, maka dana klaim tersebut dapat diinvestasikan atau ditabung. Misalkan hasil investasi yang didapat adalah 10% per tahun, maka dari itu hasil investasi riil sesudah dikurang laju inflasi tahunan yaitu 2% per tahun. Dengan pertumbuhan dana riil 2% per tahun, dana yang diperlukan adalah Rp 1,457 miliar (Future Value dengan faktor biaya hidup Rp 60 juta, pertumbuhan dana riil 2% & jangka waktu 20 tahun). Dengan standar dan gaya hidup yang sama, keluarga akan tetap dapat hidup selama 20 tahun ke depan, seandainya terjadi risiko dengan pencari nafkah keluarga.

Kedua, menurut penghasilan potensial yang ditinggalkan. Misalkan penghasilan pencari nafkah saat ini adalah Rp 72 juta per tahun (penghasilan Rp 6 juta per bulan) dan memiliki potensi naik sekitar 10% per tahun. Seluruh pendapatan potensial sang pencari nafkah adalah Rp 1,147 miliar, jika masa kerja pencari nafkah tersebut masih ada 10 tahun yang tersisa (Future Value dengan faktor penghasilan Rp 72 juta, kenaikan penghasilan 10% & jangka waktu 10 tahun). Dengan uang pertanggungan sebesar Rp 1,147 miliar tersebut, ketika pencari nafkah keluarga telah tiada, selama 10 tahun ke depan semenjak kepergian pencari nafkah, keluarganya tetap dapat merasakan penghasilan potensial yang ditinggalkannya.

Ketiga, menyediakan dana abadi dari uang pertanggungan. Dana abadi ini dapat dipakai sebagai biaya kebutuhan hidup, ketika anak-anak masih belum mandiri secara finansial. Dana ini pula dapat dibagikan sebagai dana warisan walaupun anak-anak telah mandiri. Dengan asumsi biaya hidup keluarga Rp 60 juta per tahun dan pertumbuhan dana riil 2% per tahun, maka besar uang pertanggungan yang dibutuhkan adalah Rp 1,2 miliar (Rp 60 juta/2%). Dengan uang pertanggungan Rp 1,2 miliar tersebut, setelah disesuaikan dengan laju inflasi, maka keluarga tiap tahunnya dapat memenuhi biaya hidup karena tersedianya dana abadi. Uang pertanggungan Rp 1,2 miliar tersebut juga akan tetap utuh. Nantinya dapat dibagikan sebagai uang warisan walaupun anak-anak telah mandiri.

Menyediakan dana perawatan jangka panjang akibat sakit cacat dan proteksi terhadap penghasilan atau income protection merupakan kebutuhan asuransi lain yang kerap kali dilupakan orang. Padahal bagi mereka yang pendapatannya diperoleh dari keahlian atau pekerjaan yang dimiliki itu adalah hal yang sangat penting.

Kecelakaan yang mengakibatkan risiko cacat yang dapat dialami seseorang. Beban ganda dapat menimpa orang tersebut, yaitu biaya pengobatan dan perawatan ketika risiko itu terjadi dan biaya perawatan pasca pengobatan di rumah sakit. Di samping mesti menjalankan proses perawatan di rumah atau home care dan harus mengkonsumsi obat-obatan, dapat dimungkinkan pula memerlukan perawat khusus yang dapat menolong kegiatan hariannya. Di samping itu juga butuh memodifikasi bagian rumah dan sejumlah alat bantu untuk kegiatan harian. Hal yang demikian memerlukan biaya yang relatif besar dan berlangsung selama masa hidup orang tersebut.

Sudah barang tentu akan sangat membantu tertanggung dan keluarga yang menanggung risiko cacat tetap total karena sakit atau kecelakaan dengan adanya asuransi ini. Pemenuhan kebutuhan untuk pengobatan dan perawatan, serta pasca terjadinya risiko cacat tetap total karena sakit atau kecelakaan bisa terpenuhi dari uang pertanggungan yang didapat.

Jadi, kita harus mengetahui apa yang menjadi tujuan ketika mau mengambil polis asuransi terlebih dahulu. Akan lebih baik lagi bila kita berkonsultasi terlebih dulu dengan konsultan keuangan atau agen asuransi yang kita percaya. Barulah kita akan mengetahui apakah asuransi yang dipunyai sudah cukup atau belum.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *